Pieter Both yang menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama, lebih memilih Jayakarta
sebagai basis administrasi dan perdagangan VOC daripada pelabuhan
Banten, karena pada waktu itu di Banten telah banyak kantor pusat
perdagangan orang-orang Eropa lain seperti Portugis, Spanyol kemudian
juga Inggris, sedangkan Jayakarta masih merupakan pelabuhan kecil.
Pada tahun 1611
VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu
di Jayakarta, sebagai kantor dagang. Kemudian mereka menyewa lahan
sekitar 1,5 hektare di dekat muara di tepi bagian timur Sungai Ciliwung, yang menjadi kompleks perkantoran, gudang dan tempat tinggal orang Belanda, dan bangunan utamanya dinamakan Nassau Huis.
Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1618 – 1623), ia mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis yang dinamakan Mauritius Huis,
dan membangun tembok batu yang tinggi, di mana ditempatkan beberapa
meriam. Tak lama kemudian, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter
yang mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar
merupakan satu benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk
menguasai Jayakarta.
Dari basis benteng ini pada 30 Mei 1619
Belanda menyerang Jayakarta, yang memberi mereka izin untuk berdagang,
dan membumihanguskan keraton serta hampir seluruh pemukiman penduduk.
Berawal hanya dari bangunan separuh kayu, akhirnya Belanda menguasai
seluruh kota. Semula Coen ingin menamakan kota ini sebagai Nieuwe Hollandia, namun De Heeren Zeventien di Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi Batavia, untuk mengenang orang Batavia.
Jan Pieterszoon Coen menggunakan semboyan hidupnya “Dispereert niet,
ontziet uw vijanden niet, want God is met ons” menjadi semboyan atau
motto kota Batavia, singkatnya “Dispereert niet” yang berarti “Jangan
putus asa”.
Pada 4 Maret 1621, pemerintah Stad Batavia (kota Batavia) dibentuk. Jayakarta dibumiratakan dan dibangun benteng
yang bagian depannya digali parit. Di bagian belakang dibangun gudang
juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kuat. Selama 8
tahun kota Batavia sudah meluas 3 kali lipat. Pembangunannya selesai
pada tahun 1650.
Kota Batavia sebenarnya terletak di selatan Kastil yang juga
dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-potong oleh banyak parit.
Pada awal abad ke-17 perbatasan antara wilayah kekuasaan Banten dan Batavia mula-mula dibentuk oleh Kali Angke dan kemudian Kali Cisadane.
Kawasan sekitar Batavia menjadi kosong. Daerah di luar benteng dan
tembok kota tidak aman, antara lain karena gerilya Banten dan sisa
prajurit Mataram (1628-1629) yang tidak mau pulang.
Beberapa persetujuan bersama dengan Banten (1659 dan 1684) dan Mataram (1652) menetapkan daerah antara Cisadane dan Citarum
sebagai wilayah kompeni. Baru pada akhir abad ke-17 daerah Jakarta
sekarang mulai dihuni orang lagi, yang digolongkan menjadi kelompok
budak belian dan orang pribumi yang bebas.
Pada 1 April 1905 nama Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia. Pada 8 Januari 1935 nama kota ini diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia.
Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi "Jakarta" oleh Jepang untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar